CIKAL BAKAL DESA NGABUL - Mbah Datuk Joko
Sari adalah pemuda ( JOKO) menpunyai nama Syeh Asy’ari atau Syeh Bandar sari/
datuk surowidi, merupakan ulama juga Perwira/tentara perang dari kerajaan Islam
di Samudra Pasai
Syeh Asy’ari/ Syeh bandarsari ( Mbah
Jokosari) dengan kakak kandung nya bernama Wulansari melakukan pelarian perang/
pengembaraan setelah kalah perang ke Desa Ngeling di Kabupaten Jepara, Datuk
Jokosari pernah menempuh hidup di Desa ini, setelah ditinggal kawin kakaknya
(Dewi Wulan sari) , syeh Asy’ari atau Bandarsari pindah ke Desa Ngabul (nama
sekarang) dengan membagi bekal dengan kakaknya ,dijelaskan kakaknya mendapat
bagian perbekalan hidup yang dibawanya, begitu pula dengan Datuk Jokosari
sebagai saudara mudah mendapat separoh perbekalan yang dibawah dan seekor ayam
jantan/Jago beliau bawa, Mbah Jokosari mempunyai banyak sahabat, salah satunya
Mbah Gondelan, karena keakrabannya Mbah Jokosari dengan Mbah Gondelan berencana
membangun Masjid sebagai tempat beribadah dan mensyiarkan agama Islam.
Misi baiknya ini dibuktikan dengan
bersama – sama berkerja keras membuat bata bersama dengan mbah gondelan.
Bata yang dibuat tersebut hanyalah untuk membangun
Masjid, namun niatan itu tidak jadi terwujud dikarenakan mbah gondelan
menginginkan masjid dibangun di lor kali (utara sungai) tetapi datuk jokosari
menginginkan masjid dibangun di kidul kali ( selatan sungai),sehingga rencana
itu ditunda .
Bangunan masjid yang belum jadi tersebut , pada suatu
saat ada banjir besar /bandang dan menghanyutkan bangunan masjid tersebut,
diceritakan terbawanya bangunan masjid itu sampai ke Desa Rau Kecamatan Kedung
Jepara.
Banyak peninggalan yang bisa dijadikan
bukti sejarah di tempat ini, seperti Batu Bata,Pohon besar yang bernama
timoho/timoyo yang tumbuh di punden Jokosari ini konon dijadikan tempat menaruh
Pedang ( senjata perang seorang perwira) dan sabuknya, terbukti pohon itu ada
lekoan – lekoannya, diceritakan setelah datuk jokosari gagal membangun masjid
yang direncanakan tersebut, kemudian melanjutkan perjuangannya sampai ke
gresik, tetapi tempat bersejarah ini selalu dikenang sebagai tempat singgahnya,
selama tinggal di sini, tempat bersesuci ( mandi, wudlu) selalu disendangsari,
sehingga pada akhirnya sendang sari diyakini ada kasiyatnya untuk mandi para
perawan/ jejaka yang susah mendapatkan jodoh, sampai sekarang masyarakat Ngabul
masih mengadakan ritual/ kebudayaan Desa SEDEKAH BUMI setiap hari ahad legi
bulan Apit (jawa) atau (Dulkho’dah), dengan harapan masyarakat Desa Ngabul
hidupnya menjadi berkah dan selalu ditambah Rizqinya oleh Allah SWT dan
menjadikan Desa Ngabul terhindar dari bala’ atau musibah.
Setiap hari jum’at wage juga banyak di
kunjungi para peziarah, diyakini para pinisepuh untuk tawasulan mengharap
mendapat petunjuk/ridho Allah, agar dalam menjalani kehidupan selalu mendapat
jalan, dan mendapat Ridho Allah.
Pada akhir – akhir ini makam mbah Datuk
Jokosari ramai peziarah, karena banyak ulama’ mengatakan bahwa mbah datuk
adalah orang sholeh ( Wali Allah) .
Sejarah Desa Ngabul dimulai pada zaman
abad 16 diwilayah yang dibatasi dengan sungai (Jokosari – Krajan), dua kubu
tersebut sering berseteru dan masing – masing wilayah mempunyai
pimpinan yang sakti mandra guna/ digdoyo.
Setiap hari kedua pemimpin tersebut
saling mengadu kesaktian , kedua pimpinan itu tidak pernah akur sehingga
sesepuh Desa ( Mbah Datuk Jokosari) mengajak kedua pimpinan wilayah tersebut
berembuk ,dan mendapatkan hasil kesepakatan yaitu dua wilayah itu dijadikan
menjadi satu wilayah Desa, dengan dipimpin satu Kepala Desa yang disebut
Petinggi.
Dengan kejadian itulah maka Desa ini dinamakan Desa
Ngabul, karena terkabulnya upaya mendamaikan dua kubu yang berseteru tersebut.
TEMPAT BERSEJARAAH - Punden Jokosari tempat
dimana sesepuh/Danyang/Cikal bakal Desa, mengadakan kegiatan Ritual dan tempat
dimakamkan nya datuk Jokosari. Disana juga terdapat makam Petinggi desa Ngabul
( TOWI KROMO PARNI),terletak di Dukuh Jokosari kira- kira 1,5 KM dari
Pusat Pemerintah Desa Ngabul ( Balai Desa).
Mbah jokosari yang seorang pelarian perang konon juga
punya beberapa pusaka antara lain pedang kangkam,wesikuning,lenggo tolo dan
mungkin masih banyak lagi , dan semua pusaka itu sebagai penjagaan Desa (
tunggon Deso) agar Desa ini menjadi aman dari ancaman musuh juga menjadikan
Desa yang tentram, makmur, sejahtera
Dan menurut cerita orang tua, pusaka itu bisa dipinjam
jika Desa Ngabul dalam kondisi darurat (bahaya) dapat masalah atau ancaman dari
Desa luar.
Dan yang bisa pinjam adalah seorang bayi yang lahir
yatim serta masih ada hubungan dengan mbah Jokosari ( LAJER ).
Disitu juga terdapat pohon degenan, disebelah pohon
besar, yang konon merupakan tongkat yang ditancapkan.
Pohon ini juga berkasiat menyembuhkan pegel
linu dan pohon timoho/timoyo yang dulu dijadikan tempat
mengantungkan pedang dan pusaka yang lain termasuk sabuknya.
0 komentar:
Posting Komentar