**SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI DESA NGABUL**

Senin, 15 Agustus 2016

CIKAL BAKAL DESA NGABUL

NGABUL - Mbah Datuk Joko Sari adalah pemuda ( JOKO) menpunyai nama Syeh Asy’ari atau Syeh Bandar sari/ datuk surowidi, merupakan ulama juga Perwira/tentara perang dari kerajaan Islam di Samudra Pasai

Syeh Asy’ari/ Syeh bandarsari ( Mbah Jokosari) dengan kakak kandung nya bernama Wulansari melakukan pelarian perang/ pengembaraan setelah kalah perang ke Desa Ngeling di Kabupaten Jepara, Datuk Jokosari pernah menempuh hidup di Desa ini, setelah ditinggal kawin kakaknya (Dewi Wulan sari) , syeh Asy’ari atau Bandarsari pindah ke Desa Ngabul (nama sekarang) dengan membagi bekal dengan kakaknya ,dijelaskan kakaknya mendapat bagian perbekalan hidup yang dibawanya, begitu pula dengan Datuk Jokosari sebagai saudara mudah mendapat separoh perbekalan yang dibawah dan seekor ayam jantan/Jago beliau bawa, Mbah Jokosari mempunyai banyak sahabat, salah satunya Mbah Gondelan, karena keakrabannya Mbah Jokosari dengan Mbah Gondelan berencana membangun Masjid sebagai tempat beribadah dan mensyiarkan agama Islam.

Misi baiknya ini dibuktikan dengan  bersama – sama berkerja keras membuat bata bersama dengan mbah gondelan.
Bata yang dibuat tersebut hanyalah untuk membangun Masjid, namun niatan itu tidak jadi terwujud dikarenakan mbah gondelan menginginkan masjid dibangun di lor kali (utara sungai) tetapi datuk jokosari menginginkan masjid dibangun di kidul kali ( selatan sungai),sehingga rencana itu ditunda .
Bangunan masjid yang belum jadi tersebut , pada suatu saat ada banjir besar /bandang dan menghanyutkan bangunan masjid tersebut, diceritakan terbawanya bangunan masjid itu sampai ke Desa Rau Kecamatan Kedung Jepara.

Banyak peninggalan yang bisa dijadikan bukti sejarah di tempat ini, seperti Batu Bata,Pohon besar yang bernama timoho/timoyo yang tumbuh di punden Jokosari ini konon dijadikan tempat menaruh Pedang ( senjata perang seorang perwira) dan sabuknya, terbukti pohon itu ada lekoan – lekoannya, diceritakan setelah datuk jokosari gagal membangun masjid yang direncanakan tersebut, kemudian melanjutkan perjuangannya sampai ke gresik, tetapi tempat bersejarah ini selalu dikenang sebagai tempat singgahnya, selama tinggal di sini, tempat bersesuci ( mandi, wudlu) selalu disendangsari, sehingga pada akhirnya sendang sari diyakini ada kasiyatnya untuk mandi para perawan/ jejaka yang susah mendapatkan jodoh, sampai sekarang masyarakat Ngabul masih mengadakan ritual/ kebudayaan Desa SEDEKAH BUMI setiap hari ahad legi bulan Apit (jawa) atau (Dulkho’dah), dengan harapan masyarakat Desa Ngabul hidupnya menjadi berkah dan selalu ditambah Rizqinya oleh Allah SWT dan menjadikan Desa Ngabul terhindar dari bala’ atau musibah.

Setiap hari jum’at wage juga banyak di kunjungi para peziarah, diyakini para pinisepuh untuk tawasulan mengharap mendapat petunjuk/ridho Allah, agar dalam menjalani kehidupan selalu mendapat jalan, dan mendapat Ridho Allah.
Pada akhir – akhir ini makam mbah Datuk Jokosari ramai peziarah, karena banyak ulama’ mengatakan bahwa mbah datuk adalah orang sholeh ( Wali Allah) .

Sejarah Desa Ngabul dimulai pada zaman abad 16 diwilayah yang dibatasi dengan sungai (Jokosari – Krajan), dua kubu tersebut sering berseteru dan masing – masing wilayah mempunyai pimpinan   yang sakti mandra guna/ digdoyo.

Setiap hari kedua pemimpin tersebut saling mengadu kesaktian , kedua pimpinan itu tidak pernah akur sehingga sesepuh Desa ( Mbah Datuk Jokosari) mengajak kedua pimpinan wilayah tersebut berembuk ,dan mendapatkan hasil kesepakatan yaitu dua wilayah itu dijadikan menjadi satu wilayah Desa, dengan dipimpin satu Kepala Desa yang disebut Petinggi.
Dengan kejadian itulah maka Desa ini dinamakan Desa Ngabul, karena terkabulnya upaya mendamaikan dua kubu yang berseteru tersebut.

TEMPAT BERSEJARAAH - Punden Jokosari tempat dimana sesepuh/Danyang/Cikal bakal Desa, mengadakan kegiatan Ritual dan tempat dimakamkan nya datuk Jokosari. Disana juga terdapat makam Petinggi desa Ngabul  ( TOWI KROMO PARNI),terletak di Dukuh Jokosari kira- kira 1,5 KM dari Pusat Pemerintah Desa Ngabul ( Balai Desa).
Mbah jokosari yang seorang pelarian perang konon juga punya beberapa pusaka antara lain pedang kangkam,wesikuning,lenggo tolo dan mungkin masih banyak lagi , dan semua pusaka itu sebagai penjagaan Desa ( tunggon Deso) agar Desa ini menjadi aman dari ancaman musuh juga menjadikan Desa yang tentram, makmur, sejahtera
Dan menurut cerita orang tua, pusaka itu bisa dipinjam jika Desa Ngabul dalam kondisi darurat (bahaya) dapat masalah atau ancaman dari Desa luar.
Dan yang bisa pinjam adalah seorang bayi yang lahir yatim serta masih ada hubungan dengan mbah Jokosari ( LAJER ).
Disitu juga terdapat pohon degenan, disebelah pohon besar, yang konon merupakan tongkat yang ditancapkan.
Pohon ini juga berkasiat menyembuhkan pegel linu   dan pohon timoho/timoyo yang dulu dijadikan tempat mengantungkan pedang dan pusaka yang lain termasuk sabuknya.

Share:

Minggu, 14 Agustus 2016

Pagelaran Wayang Kulit Sehari Semalam

Pagelaran wayang kulit sehari semalam - untuk siang ini dengan Lakon wajib "Dewi Sri" ( Dewi padi ) simbol kemakmuran di lanjutkan dengan acara siweran yaitu berjalan memutar balai desa 3 kali putaran dengan urutan barisan Dalang, Sinden, Petinggi, Carik dan seluruh perangkat..tradisi ini mempunyai arti bahwa Petinggi, Carik dan seluruh perangkat mempunyai tanggung jawab penuh atas Desa Ngabul dan mempunyai kewajiban selalu menjaga Desa dari segala sesuatu yang tidak baik. kemudian sekitar pukul 15.30 WIB di lanjut acara "kepyuran drupo" akan dilakukan setelah acara "siweran". Acara drupo (kepyur uang recehan) setelah ritual siwer desa, sangat meriah walaupun harus berebut dengan banyak orang warga masyarakat desa Ngabul, dan malamnya di lanjut pagelaran wayang kembali dengan Lakon " Gatotkaca Winisuda "


Masih dlm rangkaian acara sedekah bumi Desa Ngabul tahun 2016. pagelaran wayang kulit semalam suntuk mari lestarikan budaya Jawa dalam acara sedekah bumi Desa Ngabul tercinta. jelang pagelaran wayang kulit Margo Laras semalam suntuk di pendopo balai Desa Ngabul. Dengan Lakon " Gatotkoco winisuda " dalang kembar oleh Ki Dalang Suryono dan Ki Dalang Muhdiharto. 


Ngabul, 22.23 Pagelaran wayang kulit dengan Lakon " Gatotkaca Winisuda ". bercerita tentang bagaimana Gatotkaca harus menghadapi gangguan dari Arimbo jelang pengangkatan dirinya sebagai raja di kerajaan Pringgodani. dari pagelaran ini ada seorang niyogo cilik yang juga ikut serta bergabung dalam acara.
Share:

Kepala Desa Ngabul


Kunjungan

Kontak

Halaman Fancebook

Diberdayakan oleh Blogger.